Monday, August 28, 2017

HEADLINE: Smartphone Tiongkok Menggurita, Vendor Lokal Terjepit?


Satu dekade lalu, pasar ponsel Tanah Air begitu semarak, Nokia masih menjadi salah satu merek ponsel (bukan smartphone) yang paling banyak dicari, diikuti Sony (sebelumnya Sony Ericsson), Samsung, dan Motorola. Ponsel lokal pun tak mau ketinggalan, sebut saja Nexian, Evercoss, Advan, dan Mito yang menyasar kelas low-end.

Pada 2006, pasar ponsel low-end menguasai sekitar 49 persen pangsa pasar, dan pada 2007 naik menjadi 55 persen. Namun, langkah mereka kian sempit ketika pada akhir 2008, merek ponsel Tongkok mulai merangsek masuk. Beberapa di antaranya adalah Huawei, ZTE, K-Touch, Haier, HiSense, Beyond, CSL Blueberry, dan lainnya. Agen Bandar Poker Online Terpercaya

Ponsel Tiongkok cukup laris manis di pasaran, terlebih banyak operator seluler yang melakukan strategi penjualan ponsel dengan sistem bundling. Tak hanya itu, kehadiran ponsel Tiongkok juga semakin deras pada 2008. 

Menurut pakar dan pengamat teknologi telekomunikasi Teguh Prasetya, salah satu penyebab derasnya ponsel Tiongkok masuk ke pasar Indonesia adalah karena saat itu Indonesia belum memiliki produsen ponsel lokal yang kuat dan mandiri.

"Saat itu produsen lokal di Indonesia belum ada yang mandiri. Mereka masih memproduksi ponsel di Tiongkok. Mereknya memang lokal, tapi barang yang dipasarkan adalah buatan Tiongkok. Sehingga, kini ponsel Tiongkok bisa melaju tanpa perlawanan dari ponsel lokal," katanya, Sabtu (26/8/2017) di Jakarta.

Lebih lanjut, Teguh mengatakan perang harga juga menjadi strategi utama ponsel Tiongkok untuk merebut pasar. Produsen ponsel Tiongkok manawarkan harga lebih murah dari ponsel merek lokal, namun memiliki fitur yang tak kalah ciamik dari merek global.

"Mereka berani menawarkan ponsel dengan harga yang jauh lebih murah, tapi dengan spesifikasi yang tak kalah dengan merek global," ucap Teguh menambahkan.

Pria yang juga dikenal sebagai pendiri Indonesian Cloud Forum ini memaparkan, beberapa hal yang membuat ponsel lokal tergerus adalah karena saat itu ponsel lokal tidak konsisten dalam meluncurkan produk baru. Juga memiliki kualitas produk dan eksistensi yang rendah serta layanan purna jual yang kurang meluas.

"Layanan purna jual yang diberikan produsen lokal juga sangat kurang. Kehadiran service centre masih terbatas dan tak bisa mengakomodir semua kebutuhan pengguna. Service center biasanya hanya ada di kota-kota besar, lantas bagaimana dengan konsumen di luar kota besar?," pungkasnya.

Pada 2009, ponsel pintar (smartphone) mulai meramaikan pasar ponsel Indonesia. Beberapa merek global yang mendominasi adalah Nokia lewat seri Communicator dan BlackBerry dengan seri Curve. Kemudian pada 2010, BlackBerry merajai pasar ponsel Tanah Air lewat seri Bold dan Torch.

Namun pada 2011, dominasi BlackBerry mulai terganggu dengan popularitas smartphone berbasis sistem operasi (OS) Android di Tanah Air. Menurut lembaga riset International Data Corporation (IDC), setahun kemudian (pada 2012) ponsel berbasis Android semakin mendominasi pasar smartphone di Indonesia.

Sitem operasi Android merajai dengan kontribusi 64 persen dari seluruh smartphone yang dikirim ke Indonesia pada kuartal ketiga 2012. Kala itu, pasar smartphone pada kuartal ketiga masih didominasi oleh vendor asing, di antaranya Nokia, Samsung, BlackBerry, serta dua vendor lokal yaitu Evercoss (sebelumnya Cross) dan Mito.


Namun, vendor smartphone lokal terbentur merek Tiongkok dan Taiwan yang juga menawarkan harga murah dan spesifikasi tinggi. Akibat persaingan harga, smartphone lokal kian terjepit. Mengacu data dari GfK, jika dihitung secara valuesmartphone global menguasai hampir 85 persen dan sisanya yaitu 15 persen direngkuh smartphone merek lokal.

Pangsa pasar smartphone lokal berangsur menurun hingga 2015. Dari puluhan merek lokal, yang saat ini masih bertahan adalah Advan, Evercoss, dan Polytron. Namun, Polytron bisa disebut sebagai pemain baru di industri smartphone lokal. Agen Bandar Q Online Terpercaya

Polytron mulai terjun ke industri smartphone pada 2011, sedangkan Advan sejak 2007 dan Evercoss pada 2008 yang saat itu bernama Cross.



Situs Poker Online Domino 99 BandarQ Paling TOP

Sumber : http://tekno.liputan6.com/read/3071474/headline-smartphone-tiongkok-menggurita-vendor-lokal-terjepit?medium=Headline&campaign=Headline_click_1

No comments:
Write comments